Malam adalah waktu-waktu tanpa cahaya, tak berbunyi dan
tanpa lagu. Kau pergi, membawa cahaya yang melekat di sepasang matamu, pun
segala irama yang biasa kau lantunkan melalui tiap-tiap kata dari manis
bibirmu, ikut kau bawa. Kau pergi, tanpa menyisakan satu kenangan, terkecuali
ingatan dan rasa sakit.
Pagi menjadi waktu-waktu paling kesepian, dibekukan basah
embun yang bergelantungan di bibir daun.
Aku diselimutkan kesedihan yang tak kunjung selesai. Dan dingin, menjadi
semut liar yang menggorogoti tiap lekuk tubuhku.
Aku akan memanen ingatan ketika senja, di hadapan
langit-langit yang merah marah —menyumpah serapah aku yang tak mampu menghalang
kepergianmu--. Bukankah cinta perasaan yang tak dipaksakan?
Gerimis turun, membawa semua ingatan tepat ke atas kepalaku.
Mereka bersorak, menyanyikan lagu cinta paling sedih.
Seorang pria dungu
duduk sendiri di bawah
senja
matanya nanar menatap
ke sudut-sudut jalan
yang berlubang
hanya ia dan
waktu-waktu yang mengejek
Adakah cinta dikembalikan,
ketempat dimana ia
merasa bahagia?
0 komentar:
Posting Komentar