Jumat, 05 Oktober 2012

Cinta Seribu Tahun


Mencintaimu, meluruhkan seluruh waku dan usia.

            Aku masih ingat benar, pagi itu, ketika kau memelukku erat-erat, lebih hangat dari cahaya pagi yang biasa hinggap di kulit kita. Kau lemparkan senyum paling manis, sebagai hadiah terakhir untukku.
Diluar mendung, namun hujan enggan turun. Seperti sepasang mataku yang berkaca-kaca, namun tak ingin menjatuhkan hujan di hadapanmu. karena tangisan hanya akan membuat kepedihan semakin bergembira merayakan rasa sakit.

Terkadang, tak perlu alasan bagi sebuah hubungan untuk selesai. Dan itu sungguh menyakitkan.

            Seribu detik berlalu. Entah sudah berapa kali hujan yang jatuh dari mataku, turun sebagai air pesakitan yang jatuh ke dadaku, menyuburkan taman-taman milik kita, dulu. Begitu banyak harapan yang kita tanam disana.

            Pada akhirnya, malam menemukan kita terpisah di ruang masing-masing; aku yang menuliskan kenangan, dan kau yang menghapus wajahku dalam kepalamu. Namun ketahuilah, bagiku, mencintaimu adalah perasaan yang tak pernah selesai, meski harus melewatkan penantian seribu tahun.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar