Mencintaimu,
meluruhkan seluruh waku dan usia.
Aku
masih ingat benar, pagi itu, ketika kau memelukku erat-erat, lebih hangat dari
cahaya pagi yang biasa hinggap di kulit kita. Kau lemparkan senyum paling
manis, sebagai hadiah terakhir untukku.
Diluar mendung, namun hujan enggan
turun. Seperti sepasang mataku yang berkaca-kaca, namun tak ingin menjatuhkan
hujan di hadapanmu. karena tangisan hanya akan membuat kepedihan semakin bergembira
merayakan rasa sakit.
Terkadang,
tak perlu alasan bagi sebuah hubungan untuk selesai. Dan itu sungguh
menyakitkan.
Seribu
detik berlalu. Entah sudah berapa kali hujan yang jatuh dari mataku, turun
sebagai air pesakitan yang jatuh ke dadaku, menyuburkan taman-taman milik kita,
dulu. Begitu banyak harapan yang kita tanam disana.
Pada
akhirnya, malam menemukan kita terpisah di ruang masing-masing; aku yang
menuliskan kenangan, dan kau yang menghapus wajahku dalam kepalamu. Namun
ketahuilah, bagiku, mencintaimu adalah perasaan yang tak pernah selesai, meski
harus melewatkan penantian seribu tahun.
0 komentar:
Posting Komentar