Kamis, 15 November 2012

Yang Tak Seharusnya


Lihatlah langit-langit yang menangis siang ini. Mereka dengan berani menggugat keadaan, mencurangi garis Tuhan.
Seharusnya kita sedang dibakar terik matahari hari ini. Kita berkelahi perihal kau yang pulang terlambat; setiap malam, setiap kali aku merindukanmu, berulangkali hingga malam-malamku terpaksa kulewatkan bersama hati yang lain--hati yang sama-sama kesepian.
Tapi siang ini hujan. Dan kita tak sedang bertengkar. Di kamar ini, di atas ranjang yang merapatkan kita, kau memelukku begitu erat seolah membakar pelan-pelan dingin yang membekukan hatimu. Kau dicairkan birahi yang begitu membara, lebih merah dari api, lebih panas dari secangkir kopi yang baru jadi.
Kau tak pernah pulang terlambat. Bahkan sebelum senja menabahkan dirinya tenggelam di kegelapan malam, kau sudah disini bersamaku, melingkarkan kedua lenganmu ke tubuhku seakan tak membiarkan kehangatan ini pergi sia-sia.

Sementara disana, langit sedang dihukum Tuhan. Ia tak pernah berhenti menangis, kesakitan.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar