Tiap
kali kesedihan berkunjung ke dadaku, aku mendengar seruan yang
memanggil-manggil, memaksa kembali.
Kita seringkali menapak di jalan yang
salah, yang kita anggap benar. Padahal benar atau salah tak pernah
diberitahukan sejak langkah kaki pertama.
Tiba-tiba kita merasa salah, karena
perjalanan yang ditempuh —meski dengan gembira-- selalu menghadirkan luka-luka,
yang tak pernah kita pahami.
Seperti aku ini, yang meyakini
bahwa jalan menujumu adalah sebaik-baiknya takdir yang Tuhan tuliskan.
Aku menghabiskan sebagian
hari-hariku, masuk ke dalam labirin yang tercipta begitu saja di tiap jengkal
tubuhmu. Dan hatimu itu, kota paling sulit kutemui.
Aku masih berjalan dengan percaya
diri, percaya kepada apa yang kuyakini benar: bahwa Tuhan beserta orang-orang yang
memperjuangkan kebahagiaannya.
Aku tak pernah letih, meski
sesekali beristirahat dan melihat-lihat dengan teliti. Labirinmu ini, seperti
surga yang pernah diceritakan ibu, sebagai dongeng pengantar tidur.
Bunga-bunga
tumbuh di dalamnya, beberapa sungai meluap-luap, menggemericikkan bunyi air
pengusir dahaga. Dan kupu-kupu terbang dengan liar, menjatuhkan serbuk
mahawangi dari kepak sayap mereka.
Aku terbuai dengan keindahan yang
kau ciptakan. Tapi aku tak lupa, bahwa perjalananku mendambakan tujuan: hatimu.
Namun, sampai di tapak keseribu, kesepuluh
ribu atau keberapapun itu —karena aku tak sanggup lagi menghitungnya-- aku
tersadar bahwa jalan yang kulalui selalu salah.
Aku benar-benar sadar dan takut,
..
..
lalu biji-bijian yang kau semai itu
menyebut-nyebut nama Tuhan.
Aku berjalan di tempat yang salah,
mencari tujuan yang tidak seharusnya. Berhari-hari, bertahun-tahun dan itu
sungguh menyakitkan.
Padahal ketika aku bertemu denganmu,
aku mempercayai bahwa kau adalah yang terbaik yang Tuhan berikan, tapi aku
masih saja salah.
Aku tersesat--dalam labirin di tiap
jengkal tubuhmu. Hatimu adalah tujuan yang salah, yang sedikitpun enggan
menampakkan wujudnya.
Lalu aku menangis, merintih dengan
pilu dan tersedu-sedu. Jejalanan ini semakin kuat menyerukan nama Tuhan.
Aku
ingin kembali, ke tempat awal dimana Tuhan meletakkanku, memulai kembali
perjalanan dengan tujuan yang benar. Namun, keluar dari labirinmu, entah berapa
juta kematian kuperlukan.