pada dinding dadaku kau menuliskan kata-kata, semacam larik
mantra untuk membuka pintunya yang telah lama kututup. Mungkin kau tahu tak ada
apapun di dalam sana yang bisa kau ambil, hanya sebuah ruang kosong berlantai
kesedihan—sunyi ditinggal pergi pemiliknya. Hanya tergeletak puingan hati yang
tak pernah selesai menyusun luka-lukanya sendiri. Apa yang ingin kau lihat
selain gelap semesta tanpa kehidupan, apa yang ingin kau punguti selain derai
hati yang patah berkeping-keping—yang mungkin salah satu bagiannya telah hilang
tertinggal di masa lalu?
Namun,
kau begitu paham bagaimana cara masuk kesana tanpa menghancurkan
pintunya, bahkan—pada akhirnya kau telah tunai menyusun semua kepingan menjadi
sebuah hati yang utuh.
Tiba-tiba aku merasa menjadi hambamu. Kau, tuan yang
menyelamatkan aku dari kehancuran.
Keraguan apa lagi yang akan menghalangiku untuk jatuh
kepadamu?
Tak ada, Dan.
Tetaplah disini—di dadaku, sebagai cahaya yang melengkapi
kegelapan, sebagai cinta yang meramaikan kesunyian.
Karena mulai hari ini,
kau telah menjadi bagian dari denyut nadiku.
0 komentar:
Posting Komentar