Rabu, 19 Desember 2012

Dan,


pada dinding dadaku kau menuliskan kata-kata, semacam larik mantra untuk membuka pintunya yang telah lama kututup. Mungkin kau tahu tak ada apapun di dalam sana yang bisa kau ambil, hanya sebuah ruang kosong berlantai kesedihan—sunyi ditinggal pergi pemiliknya. Hanya tergeletak puingan hati yang tak pernah selesai menyusun luka-lukanya sendiri. Apa yang ingin kau lihat selain gelap semesta tanpa kehidupan, apa yang ingin kau punguti selain derai hati yang patah berkeping-keping—yang mungkin salah satu bagiannya telah hilang tertinggal di masa lalu?

Namun,
kau begitu paham bagaimana cara masuk kesana tanpa menghancurkan pintunya, bahkan—pada akhirnya kau telah tunai menyusun semua kepingan menjadi sebuah hati yang utuh.

Tiba-tiba aku merasa menjadi hambamu. Kau, tuan yang menyelamatkan aku dari kehancuran.
Keraguan apa lagi yang akan menghalangiku untuk jatuh kepadamu?

Tak ada, Dan.

Tetaplah disini—di dadaku, sebagai cahaya yang melengkapi kegelapan, sebagai cinta yang meramaikan kesunyian.

Karena mulai hari ini, kau telah menjadi bagian dari denyut nadiku.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar